hover animation preload

Kali Kedua : Tak terasa sama
by Silvi SM in


 Pada pertengahan Maret, saat itu kamu kembali pulang. Aku selalu mengingatnya. Saat itu malam hari, kamu ketuk pintu hatiku. Kamu bilang ingin memulainya kembali dan memperbaiki apa yang telah terjadi dimasa lalu.
“Aku kembali untuk menepati janji yang waktu itu aku katakan.” Katamu.
                Kemudian aku memutar ingatan. Janji? Janji yang mana? Oh ya! Janji pada sebuah Jum’at, dibelakang kelas, tepat saat untuk pertama kalinya aku menangis didepanmu. Bukan tangisan pertama sebenarnya, itu adalah tangisanku yang kesekian kalinya. Dan pada hari itu benar-benar sebuah tangisan yang menyakitkan. Kamu menemuiku setelah sekian lama menghilang. Tapi itu pertemuan yang sama sekali tak ku harapkan. Kamu memutuskan untuk melepaskanku, atau mungkin aku memutuskan untuk melepaskanmu. Ah entahlah. Yang pasti, pada Jum’at itu, jalinan yang selama ini aku pertahankan lenyap seketika. Kamu pergi, dan aku hanya bisa menagisinya.
                Masih pada Jum’at itu, kamu sempat memberikanku sebuah janji. Janji bahwa kamu akan pulang. Suatu hari nanti. Kau tau? Aku selalu mengingat janji itu. dan aku tak pernah menyangka kamupun begitu.
                Akhirnya, pada malam pertengahan Maret itu, aku kembali menyambutmu. Setelah aku bergulat dengan berbagai hal. Aku mempertimbangkan keputusanku untuk kembali menerimamu, karena sebenarnya, aku telah terbiasa sendiri. Aku telah terbiasa tanpa sebuah hubungan. Aku merasa seperti itu. aku juga pernah menyatakan bahwa aku tak ingin memiliki sebuah ikatan lagi. Tapi ketika kamu kembali, prinsipku itu seakan roboh. Aku tak tahu. Aku hanya berharap, kejadian dimasalalu takkan pernah aku jumpai kembali.
                Setelah itu, kami menjalani hari-hari sebagai sepasang sayap. Tapi aku tak merasakan letupan yang sama seperti dulu. Entah mengapa, bahkan, sekarang, ketika aku menulis ini, aku ingin rasanya melepaskan diri darimu. Kembali tanpamu. Mungkin akan lebih baik. Tapi aku tak bisa melakukannya. Entah mengapa.
                Setiap hari aku bergejolak. Apa yang sebenarnya aku rasakan? Aku tak mengerti. Disatu sisi aku ingin memilikimu, tapi disisi lain, aku tak mau. Aku tak memiliki alasan untuk keduanya. Tak ada lagi desiran saat aku menerima pesanmu. Tak ada lagi letupan bahagia saat aku menemukanmu. Aku tak merasakan apa-apa. Mungkinkah rasa itu telah hilang? Entahlah.
                Kini aku lebih sering mengabaikanmu. Karena aku tak tau mengapa aku melakukannya. Aku tak bahagia memilikimu lagi! Mungkin itu..
                Akhirnya aku meminta izin kepadamu untuk berpamitan. Episode kedua ini hanya bertahan selama 3 bulan dan tanpa kebahagiaan. Maaf aku begitu egois. Tapi sekali lagi aku tak mau menipumu dengan berpura-pura bahagia, padahal tidak sama sekali.
                Aku pamit pada hari itu.. dan kamu mengzinkannya dengan linangan air mata, sementara aku hanya bisa tersenyum bahagia dan lega. Tak seperti dulu.

                Kita kemudian kembali menjadi dua orang asing, tapi itu tidak apa-apa. Tak ada perasaan setenang ini yang pernah aku rasakan sebelumnya. Rasanya damai saja. Mungkin suatu hari jika takdir kita memang berkaitan, tuhan akan memberi jalan.

Suatu hari nanti..

0 komentar:

Posting Komentar